• RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Thumbnail Recent Post

Recent Comments

  • Sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum

    Welcome to WordPress. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris ...

  • Category name clash

    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in ...

  • Test with enclosures

    Here's an mp3 file that was uploaded as an attachment: Juan Manuel Fangio by Yue And here's a link to an external mp3 file: Acclimate by General Fuzz Both are CC licensed. Lorem ...

  • Block quotes

    Some block quote tests: Here's a one line quote. This part isn't quoted. Here's a much longer quote: Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. In dapibus. In pretium pede. Donec ...

Posted by My College Blog - - 0 komentar

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, perilaku, minat, pola piker, dan banyak masalah lainnya. Sehingga remaja sangat rentan oleh masalah psikososial, yaitu masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahhulu dianggap tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas  namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang ddewasa, dan juga bisa di bilang bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak memiliki ppola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya mereka sering kali bingung karena mereka diperlakukan sebagai anak-anak tetapi dilain waktu mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.

Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun yang pasti, masalah remaja semakin kompleks seiring dengan prubahan pada berbagai dimensi kehidupan dalam diri mereka. Untuk memahami remaja maka perlu dilihat berdasarkan perubahan pada dimensi-dimensi tersebut.

DIMENSI BIOLOGIS

Pada saat seseorang memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi untuk remaja putri atau peubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seseorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan be-reproduksi.

Pada masa pubertas hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi 2 jenis hormon (gonadotrophins dan gonadotropic hormone). Pada perempuan kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone. Pada laki-laki Luteinzing Hormone yang dinamakan Intersitial-Cell Stimulating Hormone merangsang pertumbuhan testosterone.

Pertumbuhan secara cepat hormon diatas akan merubah sistem biologis seorang anak. Pada anak perempuan akan mengalami menstruasi dan perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang. Anak laki-laki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya.

DIMENSI KOGNITIF

Pada dimensi ini remaja sudah memiliki pola piker sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak, sehngga meraka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternative pemecahan masalah beserta akibat dan hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka dapat berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya melainkan mereka akan memproses informasi tersebut dan mengadaptasikan informasi dengan pola pikir mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan masa lalu dan sekarang untuk ditranformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan opersional formal ini, remaja akan mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataannya di Negara berkembang (seperti Indonesia) masih sangat banyak remaja  yang belum mampu mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Dan masih memggunakan operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode ceramah dan kurangnya perhatian pada perkembangan anak. Bisa juga diakibatkan oleh pengasuhan orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasaan dalam memenuhi tugas perkembangan mereka sesuai dengan usia dan mentalnya. Seharusnya pada saat mereka lulus sekolah menengah mereka sudah terbiasa berpikir secara kritis dan mampu untuk menganalisa dan memecahkan masalah dengan solusi yang baik.

DIMENSI MORAL

Masa remaja adalah periode diamana seseorang bertanya-tanya mengenai fenomena di lingkungan sekitarnya sebagai dasar pembentukan nilai diri  mereka. Kemampuan berpikir pada dimensi moral berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada disekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dengan kenyataan pola pikir mereka yang baru.

Peranan orangtua dalam mendidik amatlah besar dalam memberikan alternative jawaban dari pertanyaan putra-putri mereka.

DIMENSI PSIKOLOGIS

Pada masa ini mood seseorang bisa berubah dengan sangat cepat. Dari hasil penelitian di Chicago oleh Mihalyi C dan Reed Larson (1984) menemukan bahwa remaja rata-rata hanya memerlukan 45 menit untuk berubah dari mood ‘senang luar  biasa’ ke ‘sedih luar biasa’. Sementara orang dewasa butuh waktu beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood dapat dikarenakan oleh beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja mudah berubah tetapi hal ini bukan termasuk masalah psikologis.

Pada usia 16 tahun keatas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering ia sering di hadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu remaja akan mulai sadar bahwa orang lain ternyata memiliki dunia sendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau dipikirkan. Anggapan bahwa mereka selalu diperhatikan orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah remaja mulai dihadapkan reallita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan.

Pada remaja juga sering menganggapdiri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsive sering dilakukan, sebagian karena mereka tidak sadar dan belum bisa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang. Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertanggung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri dan mampu bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja. Kelak ia tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat di butuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai seseorang yang baru.

Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yeng telah di jelaskan diatas maka banyak kemungkinan-kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang resiko dan berdampak negative pada remaja. Misalnya, penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya. 

[ Read More ]